Sabtu, 21 September 2013

HUKUM MENGAWINI PEREMPUAN (TAWANAN PERANG)



Di ceritakan oleh Abi Said: bahwasanya Rasulullah SAW. pada perang Hunain mengutus bala tentara daerah Autos, maka mereka bertemu dengan musuh, maka terjadilah peperangan, dan mereka menang serta memperoleh tawanan wanita, dan seakan-akan
para sahabat tersebut berperang hanya untuk memperoleh tawanan tersebut, maka Allah SWT menurunkan ayat

(والمحصنا ت من النساء الاما ملكت ايمانكم)

24.dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki
Yakni mereka halal bagi kalian jika masa 'iddah selesai, Sebagaimana Hadis yang pernah diriwayatkan oleh Imam Muslim, Nasai, Abu Daud. dan begitu juga riwayat yang dimiliki oleh Imam Ahmad,. sebagaimana Imam Tudmuzdi meringkasnya dengan redaksi sebagai berikut
 ( أصبنا سببا يوم أوطاس لهن أزواج في قومهن   )
"Kami memperoleh tawanan wanita pada perang hunain", lantas para sahabat mengajukan hal tersebut pada Rasulullah.
Diceritakan oleh Imam Irbad, Ibnu Sariyah, bahwasanya Rosul saw. itu mengharamkan menyetubuhi tawanan wanita, sampai berani menanggung apa yang ada dalam perut mereka. hadis ini diceritakan oleh Imam Ahmad dan Turmuzdi, dan hadis ini umum baik pada tawanan yang bersuami atau yang tidak bersuami.
sanad dari hadis ini adalah terpercaya. Imam Turmuzdi telah mengeluarkan hadis yang serupa dari hadisnya Ruwaifa’ bin Sabid, bahwasanya Rasul bersabda.
 ( من كان يؤمن بالله واليوم الاخر فلا يسقي ماءه ولد غيره )
"barang siapa yang beriman kepada allah dan hari akhir maka janganlah memberi minum pada anak orang lain". hadis ini hasan menurut Imam Turmuzdi.
            Abu Daud juga mengeluarkan hadis yang serupa dalam bab pembebasan budak.
 ( لا يحل لامريء يؤمن با لله ىاليوم الاخر أن يقع على امرأة من السبي حتى يستبر ئها )
"Tidak halal bagi seorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, bersetubuh dengan seorang tahanan perempuan (budak) sampai dia membebaskannya". Juga akan di jelaskan dalam bab tersebut dari hadisnya Abi Said dalam bab tahanan daerah Autos dengan lafad hadis :
 ( لا توطأ حامل حتى تضع, ولا غير حامل حتى تحيض حيضة )
"Tidak boleh di setubui tawanan yang hamil sampai melahirkan, dan tidak boleh disetubui juga seorang tahanan yang belum hamil sampai haid".

Musonnip menyinggung hal tersebut itu sebagi petunjuk bahwasanya tawanan perang itu halal tanpa terkecuali baik yang mempunyai suami atau tidak. dan hal tersebut itu tidak ada perbedaan dalam ulama, akan tetapi setelah selesainya masa iddah menurut Syari’at.
Imam az-Zamahsyari dalam menafsiri ayat

(والمحصنا ت من النساء الاما ملكت ايمانكم)

Yang dimaksud dengan lafad Ma Malakat Aima Nukum, adalah tawanan kafir perempuan yang mempunyai suami kafir maka mereka halal bagi tentara muslim meskipun mereka adalah perempuan-perempuan yang terpelihara, dan hal tersebut selaras dengan sya’ir yang dikumandangkan oleh Farozdak.
وذات حليل أنكحتها رماحنا #  حلال لمن يبني بها لم تطلق
yang Artinya: tawanan perempuan kafir yang kau kawinkan dengan senjata kami itu halal hukumnya walaupun tidak diceraikan oleh suaminya.

                                                     RUJUKAN KETERANGAN

  1. Kutubus Sittah
  2. Al-Qur'an Al-Karim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar